Kamis, 30 September 2010

Tips and trick

KEASLIAN FOTO DIGITAL


Jika kita sering dihebohkan dengan adanya foto-foto digital yang bergambar “syur” yang ada di internet. Bahkan orang yang ada dalam foto digital tersebut menyangkal bahwa gambar tersbut adalah foto mereka.
Ada beberapa cara untuk mengenali apakah suatu foto digital itu asli atau telah direkayasa. Direkayasa dalam hal ini adalah foto tersebut sudah pernah di-edit atau retouching menggunakan software pengolah gambar misalkan:
Menggunakan Perintah TYPE
Cara yang paling mudah untuk mengenali apakah file gambar tersebut masih asli adalah dengan menggunakan perintah TYPE yang ada di dalam MS DOS Prompt.
C:\> TYPE sukma1.jpg [Enter]

Seharusnya dapat kita lihat bahwa dalam file tersebut terdapat teks sebagai berikut (contoh):
Nokia Mobile Phones Ltd.
Nokia7650
10/02/2003
03:37:51

Teks tersebut adalah identifikasi bahwa file gambar tersebut diambil dengan menggunakan handphone Nokia tipe 7650 pada tanggal 10 Februari 2003 jam 03:37:51. Apabila gambar tersebut sudah di-edit dengan menggunakan Adobe Photoshop maka teks identifikasi tersebut tidak ada.

Jika file tersebut sudah di-edit dengan menggunakan Adobe Photoshop maka hasilnya adalah sebagai berikut:
C:\> TYPE sukma1.jpg [Enter]

Dari hasil perbedaan tersebut bisa dilihat bahwa setelah gambar tersebut di-edit dengan Adobe Photoshop maka akan terdapat teks yang bertuliskan “Adobe” pada file tersebut. Dengan adanya tulisan “Adobe” tersebut bisa dipastikan bahwa file gambar tersebut pernah di-edit dengan Adobe Photoshop.

Menggunakan ACDSee
Selain menggunakan perintah TYPE, kita juga dapat menggunakan software ACD See untuk melihat keaslian file gambar.
1. Jalankanlah software ACD See.
2. Browse pada folder gambar yang diinginkan
3. Pilih dan tampilkan file gambar yang diinginkan
4. Pilih menu File – Properties
5. Setelah itu akan ditampilkan Properties dari file gambar yang terpilih.

Informasi dalam Properties menjelaskan bahwa:
Make : CAMERA
Model : DC1310
Resolusi : 72 x 72 pixel

Tampak jelas bahwa gambar belum pernah di-edit dengan mengunakan Adobe Photoshop. Karena informasi Metadata menunjukkan informasi yang masih asli yaitu diambil dengan menggunakan CAMERA model DC1310.

Setelah mengetahui cara mengidentifikasi foto digital. Nantinya Anda bisa mengetahui apakah foto digital tersebut hasil rekayasa atau asli diambil dari kamera digital / handphone.

Artikel Populer IlmuKomputer.Com

Rabu, 29 September 2010

Tips and trick

Menyulap simCard biasa jadi micro simCard



Micro SIM Card yang digunakan iPad 3G nampaknya menjadi masalah tersendiri bagi pengguna iPad. Hal ini disebabkan tidak semua operator menyediakan Micro SIM Card yang berukuran setengah SIM Card biasa.

John Benson, seorang pengguna iPad dari Inggris baru-baru ini menampilkan cara mengubah SIM Card biasa menjadi Micro SIM Card. Hanya berbekal pisau koki dan gunting, John Benson mengubah Vodafone SIM Card ukuran normal menjadi Micro SIM Card.
Secara internal, SIM Card ukuran normal tidak berbeda dengan SIM Card Mikro. Ukurannya yang lebih besar didominasi oleh bahan plastik. John Benson memotong sebagian SIM Card standard Vodafone, dan ternyata SIM Card tersebut dapat berfungsi secara sempurna pada iPad 3G.



Benson menggunakan sebuah Micro SIM untuk membuat pola. 2 garis yang ada di tengah Micro SIM harus sejajar dengan 2 garis serupa yang terdapat pada SIM Card standar. Benson kemudian menggarisnya menggunakan pisau koki. Setelah itu SIM Card standar dipotong menggunakan gunting sehingga ukurannya menjadi sama dengan Micro SIM.

budaya organisasi

TUGAS 1










 Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

FUNGSI ORGANISASI

Pengoganisasian adalah funsi manajemen dan merupakan suatuproses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.pengoganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepad setiap karyawan, penetapan departemen-departemen serta penentuan habungan-hubungan.

Organizing berasal dari organize yang berarti menciftakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubunganya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhanya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola, skema bagan yang menunjukkan garis-garis perintah, kedudukan karyawan, hubungan-hubungan yang ada, dan lain sebagainya.

Organisasi hanya merupakan alat dan wadah tempat manajer melakukan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ada tiga tingkatan dalam menganalisis budaya organisasi, yaitu:
1. Budaya organisasi yang tampak (observable culture)
2. Nilai-nilai yang dikontribusikan (shared values), dan
3. Asumsi-asumsi umum, seperti yang dikemukakan oleh John R.Schermerhorn, James G.Hunt, dan Richard N.Osborn (1991: 341)

Menurut Edgar H.Schein
tingkat pertama dari analisis budaya organisasi adalah fakta-fakta seni, ciptaan-ciptaan, teknologi, seni dan bentuk-bentuk perilaku yang tampak serta dapat didengar. Adapun tingkat analisis kedua adalah kesadaran terhadap nilai-nilai yang berlaku dan tingkat analisis ketiganya adalah asumsi-asumsi dasar, hubungan dengan lingkungan, kenyataan dan kebenaran, aktivitas manusia serta hubungan manusia.

BUDAYA ORGANISASI DAN UNSUR-UNSURNYA (At a Glance)
Pengertian Budaya Organisasi
Keith Davis dan John W.Newstrom (1989:60) mengemukakan bahwa: “ organizational culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norm that is shared among its member ”. Lebih lanjutJohn R Schermerhorn dan James G. Hunt (1991:340) mengemukakan bahwa “ organizational culture is the system of shared beliefs and values that develops within an organization and guides the behavior of its member ”. Sedangkan Edgar h.Schein (1992: 21) berpendapat bahwa: “ An organization’s culture is a pattern of basic assumptions invented, discovered or developed by a given groups as it learns to cope with is problems of external adaptation and internal integration that has worked well enough to be considered valid and to be taugh to new members as the coorect way to perceive, think and feel in relation to these problems.
Menurut Vijay Sathe: “Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat.

Berdasarkan pendapat Fred Luthans dan Stepen P. Robbins dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan budaya organisasi dapat dikaji dari karakteristik budaya organisasi, yaitu:
1. Perilaku individu yang tampak.
2. Norma-norma yang berlaku dalam organisasi.
3. Nilai-nilai yang dominan dalam kehidupan organisasi.
4. Falsafah manajemen.
5. Peraturan-peraturan yang berlaku.
6. Iklim organisasi.
7. Inisiatif individu organisasi.
8. Toleransi terhadap resiko.
9. Pengarahan pimpinan/manajemen.
10. Integrasi kerja.
11. Dukungan manajemen.
12. Pengawasan kerja.
13. Identitas individu organisasi.
14. Sistem penghargaan terhadap prestasi kerja.
15. Toleransi terhadap konflik, dan
16. Pola komunikasi kerja.

Berdasarkan pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa pengertian budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

ASAL BUDAYA ORGANISASI

Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi:

1. para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut.Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya.Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi.

2.Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara.
- Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka.
- Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan.
- ketiga, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut.

- Terakhir, Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi

Nilai dominan dan subbudaya organisasi

Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama. Karena itu, harapan yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa.

Sebagian besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya. Sebuah budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota organisasi.

Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut merujuk pada budaya dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya yang memberikan kepribadian tersendiri dalam organisasi.

Subbudaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi para anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang unik.

Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak semestinya.

Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang memungkinkan seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai subbudaya yang bisa mempengaruhi perilaku anggotanya.


Fungsi Budaya Organisasi


Sebuah budaya organisasi memenuhi beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawan. Sebagai contoh adalah mempromosikan inovasi yang memburu pengembangan produk baru. Identitas ini didukung dengan mengadakan penghargaan yang mendorong inovasi.
2. Memudahkan komitmen kolektif. Dimana para karyawan bangga menjadi bagian dari organisasi.
3. Mempromosikan stabilitas system social. Stabilitas system social mencerminkan taraf dimana lingkungan kerja dirasakan positif dan mendukung, dan konflik serta perubahan diatur dengan efektif. Organisasi juga berusaha meningkatkan stabilitas melalui budaya promosi dari dalam.


Sumber : http://inseparfoundation.wordpress.com/2010/02/12/budaya-organisasi/